TEKNIK
MENGURANGI RASA NYERI PERSALINAN
BY : ERWIN NOGORI
PENGERTIAN
NYERI DALAM PERSALINAN
Nyeri adalah rasa tidak
enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus. Selama persalianan dan
kelahiran pervaginam, nyeri disebabkan oleh kontraksi rahim, dilatasi serviks,
dan distensi perineum. Serat saraf aferen viseral yang membawa impuls sensorik
dari rahim memasuki medula spinalis pada segmen torakal kesepuluh, kesebelas
dan keduabelas serta segmen lumbal yang pertama (T10 sampai L1).
Nyeri dari perineum
berjalan melewati serat saraf aferen somatik, terutama pada saraf pudendus dan
mencapai medula spinalis melalui segmen sakral kedua, ketiga, dan keempat (S2
sampai S4). Serabut saraf sensorik yang dari rahim dan perineum ini membuat
hubungan sinapsis pada kornu medula spinalis dengan sel yang memberi akson yang
merupakan saluran spinotalamik. Selama bagian akhir dari Kala I dan di
sepanjang Kala II, impuls nyeri bukan saja muncul dari rahim tetapi juga
perineum saat bagian janin melewati pelvis.
Nyeri pada saat melahirkan
melahirkan memiliki derajat yang paling tinggi diantara rasa nyeri yang lain
seperti patah tulang atau sakit gigi. Banyak perempuan yang belum siap memiliki
anak karena membayangkan rasa sakit yang akan dialami saat melahirkan nanti.
Namun, kini ada beberapa alternatif yang bisa dipilih untuk mengurangi rasa
nyeri yang datang saat akan melahirkan ,menghilangkan rasa nyeri saat
persalinan berupa pengurangan rasa sakit akan dapat membantu mempercepat proses
persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan
normal.
Metode mengurangi rasa
nyeri yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih
yang bersifat sederhana, biaya rendah, resiko renedah, membantu kemajuan
persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu.
1)
FAKTOR FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI NYERI DALAM PERSALINAN
Cara yang dirasakan oleh individu dan
reaksi terhadap rasa sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
a. Rasa takut atau kecemasan
Rasa takut atau
kecemasan akan meninggikan respon individual terhadap rasa sakit. Rasa takut
terhadap hal yang tidak diketahui, rasa takut ditinggal sendiri pada saat
proses persalinan (tanpa pendamping) dan rasa takut atas kegagalan persalinan
dapat meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan
menambah kecemasan.
b. Kepribadian
Kepribadian ibu
berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara alamiah tegang dan cemas
akan lebih lemah dalam menghadapi stres dibanding wanita yang rileks dan
percaya diri.
c. Kelelahan
Ibu yang sudah lelah
selama beberapa jam persalinan, mungkin sebelumnya sudah terganggu tidurnya
oleh ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan kurang mampu mentolerir
rasa sakit.
d. Faktor sosial dan budaya
Faktor sosial dan
budaya juga berperan penting dalam reaksi rasa sakit. Beberapa budaya
mengharapkan stoicisme (sabar dan membiarkannya) sedang budaya lainnya
mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan.
e. Pengharapan
Pengharapan akan
memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam pengharapannya
mengenai persalinannya dan tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin adalah
persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia akan menerima
pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia akan menerima
analgesik yang sesuai.
2)
TEKNIK PENGURANGAN
RASA NYERI SAAT PERSALINAN
a. Terapi farmakologis
Kalo ini mah udah
jelas-jelas harus dokter yang bertindak untuk ngatasinya. Berbagai obat
disuntikkan ke ibu, baik itu anastesis umum yang di suntikkan epidural, spinal,
ataopun sekedar regional.
b. Terapi non farmakologis
Terapi yang digunakan
yakni dengan tanpa menggunakan obat-obatan, tetapi dengan memberikan berbagai
teknik yang setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri saat persalinan tiba
Beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit
tanpa menggunakan obat obatan diantaranya adalah :
1)
Kehadiran pendamping
selama proses persalinan, sentuhan penghiburan dan dorongan orang yang
mendukung dengan cara menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu untuk
mendampingi ibu selama proses persalinan seperti suami, keluarga, atau teman
dekat. Suami dan keluarga dianjurkan untuk berperan aktif dalam mendukung dan
melakukan kegiatan yang dapat memberikan kenyamanan bagi ibu. Pendamping ibu
saat persalinan sebaiknya adalah orang yang peduli pada ibu, yang paling
penting adalah orang-orang yang diinginkan oleh si ibu untuk mendampinginya
selama persalinan. Di beberapa tempat, hanya wanita yang boleh menemani ibu
pada saat ia melahirkan. Dalam budaya lain, sudah menjadi kebiasaan bagi suami
menjadi pendamping dalam persalinan bahkan menolong persalinan.
2)
Perubahan posisi dan
pergerakan Ibu mungkin memerlukan bantuan untuk mencari dan menemukan posisi
yang nyaman, untuk membantu ibu agar ibu tetap tenang dan rileks sedapat
mungkin bidan tidak boleh memaksakan posisi yang telah dipilih ibu, bidan hanya
menyarankan alternatif-alternatif apabila tindakan ibu tidak efektif.
Rasa sakit akibat kontraksi akan semakin terasa sesuai
dengan bertambahnya pembukaan serviks. Ibu mungkin memerlukan bantuan untuk
mencari dan menemukan posisi yang nyaman. Ada beberapa posisi tertentu yang
dapat membantu mengurangi rasa sakit, misalnya posisi duduk, bersandar tegak,
bersandar ke depan, berlutut ke depan, mengurut punggung atau bersandar pada
suami.
POSISI POSISI SAAT BERSALIN
A. Posisi
Berbaring
Berbaring horizontal
(supine): secara umum tidak nyaman. Posisi ini dapat mengakibatkan uterus
menekan pembuluh darah vena cava, menurunkan aliran darah ke plasenta, dan
menekan diafragma yang membuat ibu sulit untuk bernafas. Untuk meningkatkan
kenyamanan dan dukungan, letakkan bantal dibawah lutut dan tekuk lutut sedikit,
atau duduk semi fowler dengan kepala dan bahu terangkat dan tersanggah oleh
setumpuk bantal.
Kelebihan:
Dokter bisa lebih leluasa membantu proses persalinan.
Jalan lahir pun menghadap ke depan, sehingga dokter dapat lebih mudah mengukur
perkembangan pembukaan dan waktu persalinan pun bisa diprediksi secara lebih
akurat. Kepala bayi lebih mudah dipegang dan diarahkan.
Kelemahan:
Posisi berbaring membuat ibu sulit untuk mengejan. Hal
ini karena gaya berat tubuh ibu yang berada di bawah dan sejajar dengan posisi
bayi. Posisi ini pun diduga bisa mengakibatkan perineum (daerah di antara anus
dan vagina) meregang sedemikian rupa sehingga menyulitkan persalinan.
Pengiriman oksigen melalui darah yang mengalir dari si ibu ke janin melalui
plasenta pun jadi relatif berkurang. Hal ini karena letak pembuluh besar berada
di bawah posisi bayi dan tertekan oleh massa/berat badan bayi. Apalagi jika
letak ari-ari juga berada di bawah si bayi. Akibatnya, tekanan pada pembuluh
darah bisa meninggi dan menimbulkan perlambatan peredaran darah balik ibu
B. Posisi
berbaring Miring
Berbaring miring (lateral): mencegah terjadinya penekanan
pada perineum dan mencegah penekanan pada vena cava sehingga memaksimalkan
aliran darah ke uterus dan janin. Pada saat melahirkan, pasangan dapat membantu
menyangga kaki ibu yang mencegah penekanan terhadap kepala bayi Ibu terlentang
di tempat tidur bersalin dengan menggantung kedua pahanya pada penopang kursi
khusus untuk bersalin.
Dilakukan pada kala I dan kala II . caranya: wanita
berbaring dengan kedua pinggul dan lutut dalam keadaan fleksi dan diantar
kakinya ditempatkan disebuah bantal.
Pengaruh posisi ini:
•
Memungkinkan wanita
yang lelah untuk beristirahat
•
Dapat mengatasi
masalah detak jantung jika berkaitan dengan terjadinya hipotensi
•
Menghindarkan
tekanan terhadap tulang sacrum.
•
Posisi miring tidak
dianjurkan, jika wanita menolak posisi tersebutdan merasakan nyeri yang amat
sangat dan menginginkan posisi yang lain.
Kelebihan:
Selain peredaran darah balik ibu bisa mengalir lancar,
pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin melalui plasenta juga tidak
terganggu. Sehingga proses pembukaan akan berlangsung secara perlahan-lahan
sehingga persalinan berlangsung lebih nyaman.
Kelemahan:
Posisi miring ini menyulitkan dokter untuk membantu
proses persalinan karena letal kepala bayi susah dimonitor, dipegang, maupun
diarahkan. Dokter pun akan mengalami kesulitan saat melakukan tindakan
episiotomy.
C. POSISI SETENGAH DUDUK
Posisikan si Ibu dengan
bantal di punggungnya, atau minta suami untuk duduk membelakangi si Ibu. Pada
waktu kontraksi, bungkukkan badan ke depan atau tarik kaki ke atas.
Pada posisi ini, ibu duduk
dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping.
Posisi ini cukup membuat ibu nyaman. Posisi setengah duduk dilakukan pada kala
I dank Kala II.
Kelebihannya:
Sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar
jadi lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin pun juga dapat berlangsung
secara maksimal.
Kelemahan:
Posisi dapat menimbulkan rasa lelah dan keluhan punggung
pegal. Apalagi jika proses persalinan tersebut berlangsung lama
D. Bergoyang-goyang sambil duduk
Pada waktu melahirkan,
pergerakan yang berirama dapat membuat nyaman. Gerakan badan perlahan-lahan
ketika duduk di atas bola hamil (sebuah bola karet besar biasanya digunakan
sebagai alat untuk melahirkan secara natural), di pinggir kasur atau di kursi
yang kuat.
Kalau si Ibu duduk di atas
kursi, mintalah seseorang untuk duduk di lantai sambil bersandar ke kaki si
Ibu. Bila si Ibu duduk sambil bersandar ke kursi, tekanan pada lutut nya bisa
mengurangi sakit punggung si Ibu.
E. Bergoyang-goyang
sambil berdiri
Berdiri atau berjalan
menolong proses kelahiran untuk mendapatkan momentum, terutama di tahap-tahap
awal. Bersandar pada suami untuk menahan selagi kontraksi berlangsung. Atau
lingkarkan tangan si Ibu ke leher suami dan mulai bergoyang-goyang, seperti
sedang slow dance. Posisi ini juga enak untuk mengelus punggung.
F. Bersandar ke
depan
Kalau punggung si Ibu
terasa sakit, bersandar ke depan bisa membuat lebih enak. Duduk di kursi
seperti di gambar atau bersandar ke atas meja. Posisi ini juga enak untuk
mengelus punggung.
G. Bersandar ke
kaki
Ibu boleh bersandar ke
depan waktu berdiri. Angkat satu kaki ke atas kursi. Perlahan-lahan bersandar
kedepan sewaktu kontraksi. Gunakan kursi yang kecil agar tidak terlalu tinggi
dan terasa nyaman. si Ibu bisa bersandar tanpa kursi bila diinginkan, letakkan
satu kaki di depan, dan tekuk ke depan perlahan-lahan.
H. Duduk dengan
satu kali di atas
Posisi yang tidak simetris
memberikan banyak variasi. Cobalah mengangkat satu kaki waktu duduk. Si Ibu
sebaiknya agak sedikit membungkuk ke arah kaki yang di angkat sewaktu
kontraksi.
I. Berlutut
Kadang kala berlutut
menolong rasa sakit di punggung. Gunakan bola hamil atau bantal yang banyak. Di
Rumah Sakit, angkat kasur dibagian kepala. Berlutut di bagian bawah kasur
sambil mengistirahatkan tangan dan badan bagian atas di atas kasur.
J. Jongkok
Posisi jongkok menolong
membuka pelvis si Ibu, memberikan si bayi ruang untuk berputar sewaktu bergeran
melalui lorong rahim. Jongkok juga membuat si Ibu mendorong lebih efektif
sewaktu melahirkan. Gunakan kursi yang kuat atau palang jongkok yang disediakan
di kasur untuk menahan. Jongkok dengan bertahan ke tembok atau ke suami juga
diperbolehkan. Dilakukan terutama pada kala II.
Manfaatnya:
•
Membutuhkan usaha
mengejan yang lebih sedikit
•
Meningkatkan
perasaan ingin mengejan
•
Dapat mendorong
penuruna janin
•
Dapat mengurangi
nyeri punggung
Posisi jongkok tidak baik digunakan apabila ektremitas
bawah cidera atau adanya kelemahan kaki.
Biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang
berguna menahan kepala dan tubuh bayi.
Kelebihan:
Merupakan posisi melahirkan yang alami karena
memanfaatkan gaya gravitasi bumi, sehingga ibu tidak usah terlalu kuat
mengejan.
Kekurangan:
Selain berpeluang membuat cedera kepala bayi, posisi ini
dinilai kurang menguntungkan karena menyulitkan pemantauan perkembangan
pembukaan dan tindakan-tindakan persalinan lainnya, semisal episiotomi.
K.
Merondang/Posisi Berpijak pada Tangan dan Lutut
Tidak perlu merasa malu
untuk berposisi merondang sewaktu melahirkan. Posisi ini mengurangi tekanan
pada tulang punggung, sehingga sakit punggung tidak akan terasa dan menolong
memutar si Bayi ke posisi yang lebih enak untuk melahirkan. Posisi merondang
juga memberikan si Bayi suplai oksigen lebih banyak.
Manfaatnya:
•
Mengurangi nyeri
punggung
•
Mengurangi hemoroid
•
Dapat mengatasi
detak jantung janin khususnya jika berkaitan dengan kompresi tali pusat
L. Posisi
dada-lutut terbuka
Posisi ini dapat digunakan pada kala I dan kala II.
Caranya:
Wanita berlutut, bersandar kedepan untuk menyangga gaya
berat tubuhnya pada kedua tangan. Lalu dada direndahkan kearah lantai, sehingga
bokongnya lebih tinggi dbandingkan dengan dada. Pada posisi ini, kedua pinggul
kurang fleksi (sudut > 90) dibandingkan dengan posisi dada-lutut tertutup
yang biasa. Posisi yang lebih terbuka membuat panggul berada pada sudut yang
sangat berbeda dibandingkan jika lutut ditarik kebawah batang tubuh.
Manfaatnya:
•
melindungi dari
terjadinya gawat janin dengan prolaps tali pusat.
•
Dapat mengatasi
masalah detak jantung janin.
•
Mengurangi nyeri
punggung
•
Mengurangi hemoroid
4)sentuhan dan massase
Sentuhan dan masase
Relaksasi sentuhan mungkin
akan membantu ibu rileks dengan cara pasangan menyentuh atau mengusap bagian
tubuh ibu. Pemijatan secara lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks
dan nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat 20
menit setiap jam selam atahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit.
Hal itu terjadi karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endhorphin
yang merupakan pereda sakit alami. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan
nyaman dan enak.
Dalam persalinan, pijat
juga membantu ibu merasa lebiih dekat dengan orang yang merawatnya. Sentuhan
seseorang yang peduli dan ingin menolong merupakan sumber kenikmatan saat ibu
sakit, lelah dan takut. Bagian tubuh ibu yang dapat dipijat adalah kepala,
leher, punggung dan tungkai. Saat melakukan pemijatan dapat menggunakan minyak
sayur, minyak pijat atau sedikit bedak supaya tangan agak licin dan ibu merasa
nyaman.
Umumnya, ada 2 teknik pemijatan yang dilakukan dalam persalinan, yaitu
effluerage dan counterpressure. Effluerage adalah teknik pemijatan berupa
usapan lembut, lambat dan panjang atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan
efek relaksasi. Dalam persalinan, effluerage dilakukan dengan menggunakan ujung
jari yang ditekan lembut dan ringan. Lakukan usapan dengan ringan dan tanpa
tekana kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit.
Masase sangat baik dan
merupakan cara lembut untuk membantu Anda merasa lebih segar selama persalinan.
Sentuhan dan kelembutan masase membuat Anda relaks. Satu penelitian menunjukan
bahwa wanita yang mendapat masase selama 20 menit setiap jam selama fase
persalinan aktif merasa lebih tenang dan lebih terbebas dari nyeri. Berikut ini
hasil wawancara dengan Dr. Dedy Arman Saidi Sp OG., dari RS Hermina Bekasi
Banyak bagian tubuh dari
wanita yang menjalani persalinan dapat dimasase. Memijat kepala, leher,
punggung, dan tungkai dapat memberikan kenyamanan dan relaksasi. Individu yang
melakukan pemijatan harus benar-benar memberikan perhatian pada respon wanita
yang dipijat untuk menentukan apakah tekanan diberikan dengan tepat.
Berbagai tipe pijatan
memberikan efek pada wanita yang dipijat dengan berbagai cara berbeda. Anda dan
pasangan Anda mungkin ingin melakukan dua jenis masase yang diuraikan di bawah
ini baik untuk sebelum persalinan maupun untuk digunakan selama persalinan.
Effluerage
Adalah masase dengan ujung
jari yang ditekankan dengan lembut dan ringan di atas perut dan di atas paha.
Masase ini digunakan selama persalinan dini. Mengusapnya dengan ringan, tetapi
tidak memberikan tekanan yang kuat, dan ujung jari tidak pernah terlepas dari
permukaan kulit.
Mulailah dengan tangan
pada kedua sisi pusar. Gerakan tangan ke arah atas dan ke arah luar pusar, dan
kembali ke bagian pubik. Kemudian pindahkan kembali tangan ke arah pusar.
Masase dapat diperluas sampai paha. Masase ini juga dapat dilakuakn sebagai
gearkan saling menyilang, di sekitar sabuk pemantau janin. Gerakan jari
menyilang perut dari satu sisi ke sisi lainnya dari sabuk pemantau janin.
5). Counterpressure Untuk Mengurangi Tegangan Pada
Ligament
Pijatan Counterpressure
Merupakan cara terbaik
dalam menghilangkan nyeri punggung akibat persalinan. Letakkan tumit tangan
atau bagian datar dari kepalan tangan (Anda juga dapat menggunakan bola tenis)
di atas tulang ekor. Berikan tekanan kuat dalam gerakan melingkar kecil. (BOD)
Pijat counterpressure adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit
tangan atau bagian datar dari tangan, atau juga menggunakan bola tenis. Tekanan
dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Teknik ini efektif
menghilangkan sakit punggung akibat persalinan. Namun perlu disadari bahwa ada
ibu yang tidak biasa dipijat, bahkan disentuh saat mengalami kontraksi, hal ini
disebabkan karena kontraksi sedemikian kuatnya sehingga ibu tidak sanggup lagi
menerima rangsangan apapun pada tubuh. Bidan harus memahami hal ini dan
menghormati keinginan ibu
6). Pijatan Ganda Pada Pinggul
Pijatan atau sentuhan pada area tertentu ternyata dapat
mereduksi nyeri pasangan. Adapaun area yang bida dilakukan pemijatan yakni di
area pinggul, punggung, dan lutut. Sirkulasi darah juga menjadi lancar sehingga
nyeri berkurang.
7). penekanan pada lutut
8).kompres hangat dan kompres dingin
Memang tak menghilangkan
keseluruhan nyeri namun setidaknya memberikan rasa nyaman. Botol air panas yang
dibungkus handuk dan dicelup ke air dingin mengurangi pegal di punggung dan
kram bila ditempel di punggung. Menaruh handuk dingin di wajah juga bisa mengurangi
ketegangan
Pemanasan merupakan metode
sederhana yang digunakan pada ibu untuk meredakan rasa sakit. Dalam persalinan,
panas buatan dapat dilakukan dengan cara meletakkan botol air panas yang
dibungkus dengan handuk di punggung, menggunakan kantong kain berisi kulit ari
beras/gandum yang dipanaskan beberapa menit di microwave, melakukan pemijatan
denagn cara menggosokkan tangan pendamping persalinan di punggung ibu. Pijatan
ini akan menghangatkan kulit sekaligus merangsang tubuh melepaskan senyawa alamiah
pereda sakit. Dingin buatan dapat dilakukan dengan cara mengompres punggung ibu
menggunakan air es mengunakan washlap atau kantong kompres khusus untuk es.
Kompres biasanya dapat
mengendalikan rasa nyeri juga memberikan rasa nyaman sekaligus meredakan
ketegangan. Bungkus botol air panas dengan handuk dan celupkan kedalam air
dingin untuk mengurangi pegal punggung dank ram. Gunakan pula handuk dingin di
wajah untuk mengurangi ketegangan.
9).berendam
Air dapat menagtasi rasa
sakit karena dapat menyebabkan relaksasi. Jika ibu merasa tegang, kontraksi
menjadi sangat menyakitkan sehingga dapat menyebabkan pembukaan serviks tidak
lancar. Air membantu ibu lebih rileks dan lebih dapat mengedalikan diri
menghadapi kontraksi sehingga tidak terlalu menyakitkan. Selain itu di dalam
air otot-otot ibu mengendur
10). Teknik pernafasan yang tepat dapat mengurangi rasa
sakit persalinan. Teknik pernafasan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu teknik
pernafasan pada kala I awal dan teknik pernafasan pada kala I akhir.
– Teknik pernafasan kala I awal
Dilakukan dengan cara tiap kali kontraksi dari awal
sampai akhir kontraksi ibu diminta untuk menarik nafas dalam-dalam dan teratur
melalui hidung dan keluarkan lewat mulut. Pada puncak kontraksi bernafaslah
dengan ringan dan pendek-pendek melalui mulut tetapi jangan terlalu lama karena
bisa mengakibatkan ibu kekurangan oksigen.
– Teknik pernafasan kala I akhir
Kontraksi pada kala I akhir akan terjadi selama satu
menit dan bisa terasa setiap menit. Agar ibu tidak mengejan terlalu awal minta
ibu untuk mengatakan “huh-huh, pyuh”, sambil bernafas pendek-pendek lalu
bernafaslah panjang. Setelah itu, bernafaslah perlahan dan teratur. Masa
transisi ini merupakan masa yang paling sulit karena kontraksi akan sangat
kuat, tetapi serviks belum membuka seluruhnya. Pada tahap ini, minta ibu jangan
mengejan terlebih dahulu karena akan menyebabkan serviks oedema.
7. Visualisasi dan pemusatan perhatian
Para penggagas metode ini
percaya melahirkan dapat menyenangkan jika ibu melibatkan otak kanan dalam
proses persalinan. Sehari-hari, manusia lebih banyak bekerja dengan menggunakan
otak kiri. Di sisi lain, otak kanan yang menyimpan memori tentang keindahan,
keyakinan, imajinasi, dan fantasi sering tidak diberdayakan. Padahal, dengan
otak kanan kita mampu menyembuhkan diri dan menghilangkan rasa sakit termasuk
dalam persalinan. Pemberdayaan otak kanan untuk persalina yang bebas sakit pada
dasarnya menanamkan keyakinan “melahirkan itu tidak sakit”.
Hal ini tidak mudah
diterima begitu saja sehingga otak kanan harus difungsikan meyakininya. Otak
kanan adalah bagian yang mampu memvisualisasikan sesuatu seolah-olah itu nyata.
Misalnya membayangkan seolah-olah sedang berada di taman bunga dan bayi sudah
bersama ibu. Saat otak kanan mencapaii 8 – 13 Hz ternyata kondisi ini merupakan
gelombang alfa atau relaksasi. Seseorang lebih mudah untuk memvisualisasikan
serta merasa lebih nyaman dan tenang. Sementara pada ukuran 13-26 Hz, otak
sangat lelah sehingga tingkat stress tinggi. Orang mudah merasa sakit, letih
dan jenuh.
Setiap ibu bisa melakukan
visualisasi. Sebaiknya latihan dilakukan sejak kandungan berusia dua bulan atau
paling lambat tujuh bulan. Dengan visualisasi, ibu juga dibantu untuk tenang
dan menghilangkan trauma atau naluri ekstra bawah sadar. Ibu dapat berlatih
visualisai dalam waktu 7 x 2,5 jam (lebih baik di bawah bimbingan pelatih prof
Tekhnik ini dengan mengarahkan sang ibu membayangkan sesuatu yang dapat
membuatnya nyaman. Ajak dia membayangkan sesuatu tempat yang memberikan dirinya
tenang, seperti sawah yang terhampar luas dengan hijaunya dedaunan padi yang
melambai-lambai ditiup angin sore. Atau ajak dia ke suasana laut yang mengajak
kita untuk mendengarkan deburan ombak yang perlahan mengenai kaki kita yang
tercelup dalam air laut di tepian pantai. Atau hal lainnya dimana Anda lebih
tau bagaimana memberikan ketenangan pada istri Anda saat ia membutuhkan
ketenangan ituesional).
8. Musik
Musik dapat membantu ibu
mengalihkan perhatian dari rasa nyeri sehingga ibu merasa rileks. Hal ini
ditujukan bagi Anda yang memang suka dengan yang namanya mendengarkan alunan
nada. Baik itu berupa alunan ayat Al-Qur’an yang Anda dengarkan, atau musik
alam seperti suasana air terjun dengan gemricik air yang turun, atau dengan
musik klasik
Pada kala I, biasanya secara naluri ibu bergerak mencari
posisi yang nyaman dan tetap pada posisi tersebut selama kala I Posisi yang
dianjurkan adalah:
• Berdiri di belakang meja dengan rileks
Berdiri di belakang meja dengan rileks. Letakkan tangan
pada sandaran kursi. Kondisi ini dapatmenolong selama kontraksi jika ibu masih
dapat berjalan.
• Berdiri menghadap pasangan
Ibu berdiri menghadap suami dan lingkarkan lengan pada
lehernya, suami dapat diminta untuk dapat memijat pinggangnya.
• Ibu bersandar pada punggung suami secara rileks
Ibu menyandarkan punggung pada suami dengan rileks dan
suami dapat mendinginkan wajah dengan washlap.
• Duduk di kursi menggunakan bantal menghadap ke belakang
Ibu duduk di kursi menggunakan bantal, lengan diletakkan
pada sandaran kursi dan menghadap ke belakang, suami dapat memijat lembut
punggung ibu.
• Rileks dengan posisi menungging dan merebahkan kepala
pada bantal
Ibu rileks dengan posisi menungging dan merebahkan kepala
pada bantal, suami dapat mengusap lembut bagian punggung.
Untuk membantu ibu agar
tetap tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh mengendalikan
pemilihan posisi yang diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaiknya,
peranan bidan adalah untuk mendukung ibu dalam posisi apapun yang dipilihnya,
sambil menyarankan bila tindakan ibu tidak efektif atau merugikan bagi dirinya
atau bagi bayinya. Anjurkan pada ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman
selama persalinan dan kelahiran. Anjurkan pula suami dan pendamping lainnya
untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk,
jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan,
berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali
mempersingkat waktu persalinan.
Bidan harus memberitahu
ibu bahwa ia tidak perlu harus terlentang dalam masa persalinannya, karena jika
ibu berbaring telentang berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban,
plasenta, dll) akan menekan vena cafa inferior. Hal ini menyebabkan turunnya
aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini akan
menyebabkan hipoksia/kekurangan oksigen pada janin. Posisi telentang juga akan
memperlambat kemajuan persalinan.
Posisi dalam persalinan antara lain:
a. Posisi duduk atau setengah duduk
Posisi duduk atau setengah duduk seringkali nyaman bagi
ibu dan ia bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi jika merasa lelah.
Keuntungan dari kedua posisi ini adalah memudahkan melahirkan kepala bayi. Bagi
bidan lebih mudah untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mendukung
perineum.
b. Posisi merangkak
Merangkak seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu
yang mengalami nyeri punggung saat persalinan. Selain itu dapat membantu bayi
melakukan rotasi dan peregangan minimal pada perineum.
c. Posisi jongkok atau berdiri
Posisi jongkiok atau berdiri dapat mempercepat kala I
persalinan dan mengurangi rasa nyeri yang hebat. Selain itu juga dapat membantu
penurunan kepala bayi.
d. Posisi berbaring miring ke kiri
Berbaring miring ke kiri seringkali merupakan posisi yang
baik bagi ibu jika kelelahan karena ibu bisa beristirahat dengan mudah di
antara kontraksi. Posisi ini juga bisa membantu mencegah laserasi perineum
Posisi-posisi yang dipilih
ibu dalam menghadapi persalinan kala I dan II sangatlah penting. Posisi
persalinan, perubahan posisi dan pergerakan yang tepat akan membantu
meningkatkan kenyamanan/ menurunkan rasa nyeri, meningkatkan kepuasan akan
kebebasan untuk bergerak, dan meningkatkan kontrol diri ibu. Selain itu, posisi
ibu juga dapat mempengaruhi posisi bayi dan kemajuan persalinan. Perubahan
posisi secara adekuat akan dapat merubah ukuran dan bentuk pelvic outlet
sehingga kepala bayi dapat bergerak pada posisi optimal di kala I, berotasi dan
turun pada kala II. Bergerak dan posisi tegak (upright position) dapat
mempengaruhi frekuensi, lama dan efisiensi kontraksi. Grafitasi membantu bayi
bergerak turun lebih cepat. Perubahan posisi membantu meningkatkan asupan
oksigen secara berkelanjutan pada janin, yang berbeda jika ibu berbaring
horizontal karena dapat menyebabkan terjadinya hipotensi. Berbagai perubahan
posisi bisa dilakukan ibu dengan atau tanpa bantuan pasangan/ keluarga atau
perawat.
Berbagai studi ilmiah
tentang pergerakan dan posisi persalinan pada kala I dilakukan yang
membandingkan dampak berbagai posisi tegak (upright position) dengan posisi
horizontal (supine) terhadap nyeri dan kemajuan persalinan. Berdasarkan review
yang dilakukan oleh Simkin & Bolding (2004) terhadap 14 studi intervensi
terkait, menunjukkan bahwa:
1)
tidak ada ibu yang
menyatakan bahwa posisi horizontal lebih meningkatkan kenyamanan dibandingkan
posisi lainnya,
2)
berdiri lebih
meningkatkan kenyamanan dibandingkan berbaring atau duduk,
3)
duduk lebih
meningkatkan kenyamanan dibandingkan berbaring jika dilatasi serviks kurang
dari 7 cm,
4)
posisi tegak -duduk,
berdiri atau berjalan- menurunkan nyeri dan meningkatkan kepuasan ibu, dan
5)
posisi tegak tidak
memperpanjang masa persalinan dan tidak menyebabkan cedera pada ibu yang sehat.
Sedangkan Review sistematis terhadap sembilan studi
intervensi tentang posisi ibu di kala I persalinan yang dilakukan oleh Souza et
al (2006) menunjukkan bahwa mengadopsi posisi tegak atau ambulasi aman bagi ibu
dan memberikan kepuasan karena adanya kebebasan untuk bergerak. Tetapi
dikarenakan kurangnya bukti yang signifikan dan keterbatasan
penelitian-penelitian yang ada, maka keuntungan poisisi tegak belum dapat
direkomendasikan untuk memperpendek durasi persalinan dan meningkatkan
kenyamanan ibu.
Berbagai studi intervensi
juga dilakukan guna mengetahui efektifitas dan efisiensi berbagai posisi ibu
pada Kala II. Hasil studi-studi tersebut menunjukkan bahwa posisi tegak
(upright) selama kala II persalinan memberikan keuntungan yang lebih
dibandingkan posisi dorsal (supine), antara lain: menurunkan ketidaknyamanan/ nyeri
persalinan dan kesulitan mengedan sehingga memperpendek kala II, menurunkan
trauma perineum/ vagina dan infeksi pada luka persalinan, dan menurunkan jumlah
bayi dengan Apgar score yang kurang dari 7. Walaupun demikian, terdapat satu
studi yang menunjukkan bahwa posisi tegak (dengan atau tanpa kursi persalinan)
dapat meningkatkan kejadian robekan labium dan meningkatkan perdarahan post
partum. (Gupta & Nikdem, 2003; Francais, 1997).
Adapun berbagai perubahan posisi yang dapat dilakukan
ibu, antara lain:
• Pada tangan dan lutut: dapat mengurangi nyeri punggung
dan memberikan kesempatan pada bayi dengan presentasi oksiput posterior untuk
berputar serta membantu bayi yang mengalami distress karena posisi ini
memaksimalkan aliran darah ke uterus dan plasenta. Posisi ini akan sulit
dilakukan apabila ibu mendapat epidural anestesi.
• Posisi tegak (upright):
Ø Duduk pada awal persalinan: membuat uterus maju kedepan,
mencegah uterus menekan diafragma, dan memperbaiki aliran darah pada otot yang
berkontraksi. Bisa menggunakan kursi persalinan atau kursi lainnya atau
menggunakan bola.
Ø Berdiri atau berjalan: membantu memperlebar pelvik
outlet dan membiarkan grafitasi bekerja mendorong bayi menekan serviks. Gunakan
diding atau pasangan sebagai penyanggah saat terjadi kontraksi.
Ø Berjongkok (squatting): membuka pelvis lebih lebar
sehingga bayi memiliki cukup ruang untuk bergerak turun ke jalan lahir. Saat
berjongkok, rata-rata pelvik outlet menjadi 28% lebih besar dibandingkan dengan
posisi berbaring. Dilakukan saat kepala bayi telah engaged. Dapat menggunakan
squatting bar atau dua orang yang mendukung mempertahankan posisi ini.
Sebaiknya tidak digunakan pada persalinan dengan presentasi oksiput posterior.
Ø Berlutut saat kelahiran: mempertahankan posisi upright
tanpa menegangkan punggung. Berlutut bisa dilakukan di atas bantal, pada tempat
tidur atau pada dinding.
Salah satu tanggung jawab perawat yang penting pada kala I dan kala II
persalinan adalah membantu ibu mendapatkan posisi yang aman dan meningkatkan kenyamanan
bagi dirinya. Tidak ada posisi yang sempurna. Tidak ada yang benar atau salah,
terbaik atau terburuk tentang posisi persalinan. Posisi yang paling tepat
bergantung pada kenyamanan yang dirasakan ibu berdasarkan kejadian persalinan
yang dialaminya. Sebagian besar wanita merasa nyaman berbaring miring selama
persalinan, dan sebagian yang lain merasa lebih baik dengan berjalan, duduk
atau berjongkok. Perawat berperan membantu ibu dalam memahami apa yang
dibutuhkan oleh tubuhnya dan memutuskan posisi mana yang memberikan kenyamanan
dan membantu memperlancar kemajuan persalinan.
Komentar
Posting Komentar