BY : ERWIN NOGORI
A. MAKNA BERPIKIR KRITIS
Sifat ini adlah
sikap dan prilaku yang berdasarkan data dan fakta yang valid (sah) serta
argumen yang akurat. Warga negara yang demokrat hendaknya suatu bersikap
kritis, baik terhadap kenyataan empiris (realitas sosial, budaya, dan politik)
maupun terhadalp kenyataan supraempis (agama, mitologi ,dan kepercayaan ).Sikap
kritis juga harus ditunjukan pada diri sendiri.Sikap kritis pada diri sendiri
itu tentu disertai sikap kritis terhadap pendapat yang berbeda.Tentu saja sikap
kritis ininharus didukung oleh sikap yang bertanggung jawab terhadap apa yang
dikritisi.
Sikap kritis dalam
suasana demokrasi juga perlu didukung dengan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah secara damai. Masalah yang berasal dari perbedaan pendapat dapat
berujung konflik, untuk itu perlu ditekankan penyelesaian masalah dilakukan
dengan damai bukan kekerasan.
B. MAKNA BERSIKAP DEMOKRATIS
Pengertian demokrasi dapat dilihat dari
tinjauan (etimologis) dan istilah (terminologis). Secara etimologis, demokrasi
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu dmos yang berarti rakyat atau penduduk suatu
tempat dan cratein atau cratos yang berarti kekuasaan atau
kedaulatan. Adapun seara terminologis, demokrasi adalah bentuk atau mekanisme
sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat
(kekuasaan warga negara)atas negara untuk dijalankan oleh pemerintahan negara
tersebut.
Dengan demikian,
makna demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara mengandung
pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah
mengenai kehidupannya, termasuk dalam hal kebijakan negara karena kebijakan
tersebut akan menentukan kehidupan rakyat. Maka, negarayang menganut sistem
demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan
rakyat. Dari segi organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian negara yang
dilakukan rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan
berada di tangan rakyat.
Dalam agama Islam,
sejatinya tidak dikenal istilah demokrasi. Orang-orang Islam hanya mengenal
kebebasan (al-hurriyah) yang merupakan pilar utama demokrasi yang diwarisi
semenjak zaman Nabi Muhammad saw., termasuk didalamnya kebebasan memilih
pemimpin, mengelola negara seara bersama-sama (syura), kebebasan mengkritik
penguasa, dan kebebasan berpendapat.
Dukungan positif
yang diberikan buka berarti mutlak bahwa semua menurut demokrasi adalah benar.
Islam juga menerminkan demokrasi, tetapi Islam tidak mengenal paham demokrasi
yang memberikan kekuasaan besar kepada rakyat untuk menetapkan segala hal.
Piagam Madinah yang dimunulkan oleh Nabi Muhammad saw. dan umat Islam di
MAdinah merupakan konsep pertama di dalam dunia Islam mengenai demokrasi. Makna
demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, kemudian
melindungi semua kepentingan rakyat. Jadi, Islam sebenarnya identik dengan
demokrasi, tetapi demokrasi dalam Islam memiliki perbedaan-perbedaan dengan
demokrasi yang dicetuskan.
C. AYAT-AYAT ALQURAN TENTANG
BERPIKIR KRITIS DAN BERSIKAP DEMOKRATIS
1. SURAH ALI-IMRAN AYAT 190-191
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”
(QS. Ali Imran:190- 191)
Dalam ayat
190menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta
keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya
siang dan malam seara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung
pengaruhnya pada tubuh kita dan ara berpikir kita karena pengaruh panas
matahari, dinginnya mala, dan pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna
merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan Allah Swt. kesempurnaan
pengetahuan dan kekuasaan-Nya.
Langit dan bumi
dijadikan oleh Al-Khaliq tersusun dengan sangat tertib. Tidak hanya semata
dijadikan, tetapi setiap saat tampakhidup. Semua bergerakmenurut aturan.
Silih bergantinya
malam dan siang, besar pengetahuannya atas hidup kita dan segala yang bernyawa.
Kadang-kadang-kadang malam terasa panjang dan sebaliknya. Musim pun silih
berganti. Musim dingi, panas, gugur, dan semi. Demikian juga hujan dan panas.
Semua ini menjadi tanda kebesaran dan keagungan Allah Swt. bagi orang yang
berpikir bahwa tidaklah semuanya terjadi dengan sendirinya, pasti ada yang
meniptakan yaitu Allah Swt.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa
Rasulullah saw. berkata. “Wahai Aisyah apakah engkau
mengizinkan kanda pada malam ini untuk beribadah kepada Allah Swt.
sepenuhnya?” Aisyah r.a menjawab , “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya menyenangi apa yang kanda
senangi, menyukai apa yang anda sukai. Dinda izinkan kanda melakukannya.” Kemudian
nabi mengambil kibrat (tempat air yang terbuat dari kulit domba) yang terletak
di dalam rumah, lalu berwudu. Selanjutnya beliau mengerjakan salat. Di waktu
salat beliau menangis sampai-sampai air matanya membasahi kainnya karena
merenungkan ayat Alquran yang dibacanya. Setlah selesai salat beliau duduk
memuji-muji Allah Swt dan kembali menangis tersedu-sedu. Kemudian beliau
mengangkat kedua tangannya berdoa dan menangis lagi dan air matanya membasahi
tanah. Kemudian datanglah Bilal untuk azan subuh dan melihat Nabi Muhammad saw.
menangis, ia bertanya, “Wahai Rasulullah! Mengapa
Rasulullah menangis, padahal Allah Swt. telah mengampuni dosa Rasulullah baik
yang dahulu maupun yang akan datang?” Nabi menjawab, “Apakah saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan layak
bersyukur kepada Allah Swt?” DAn bagaimana saya tidak menangis? Pada malam ini
Allah Swt telah menurunkan ayat kepadaku.” Selanjutnya beliau
berkata, “Alangkah rugi dan elakanya orang-orang yang
membaa ini dan tidak memikir dan merenungkan kandungan artinya.”
2. SURAH ALI ‘IMRAN AYAT 159
Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya. (Q.S Ali ‘Imran, 3:159)
Surah Ali Imran
ayat 159 membahas tentang tata cara melakukan musyawarah. Ayat ini
diturunkan sebagai teguran terhadap sikap para sahabat Rasulullah saw. yang
telah menyepakati keptusan musyawarah dalam menerapkan strategi Perang Uhud,
tetapi mereka melanggar kesepakatan tersebut. Oleh karena sikap melanggar dari
keputusan musyawarah dalam Perang Uhud, kaum muslimin menjadi sulit mengalahkan
musuh.
RAsulullah saw.
sebagai pemimpin sering mengajak para sahabat untuk menyelesaikan masalah,
misalnya dalam mengatur strategi memenangkan perang, menyelesaikan tahanan perang,
dan menentukan tempat ibadah. Dalam menyelesaikan suatu persoalan, jika tidak
mendapat petunjuk wahyu dari Allah Swt. , melakukannya dengan cara
mengajak bermusyawarah. Rasulullah saw. meminta pendapat kepada para sahabat
untuk memutuskan perkara keduniaan. Adapun untuk urusan akidah dan ibadah,
Rasulullah saw. tidak meminta pendapat para sahabat. Urusan akidah dan ibadah
merupakan ketentuan yang terperinci dari Allah Swt. dan harus kita taati
sehingga tidak perlu dimusyawarahkan.
Kaum muslimin tidak memutuskan masalah
dengan pendapat mereka sendiri hingga mereka bermusyawarah serta bersepakat
dalam satu masalah. Hal yang demikian itu karena kuatnya perhatian dan
kewaspadaan mereka, jujurnya persaudaraan mereka dalam keimanan, dan saling
mencintai diantara mereka karena Allah Swt. Musyawarah adalah salah satu dari
dasar-dasar Islam dalam bermasyarakat dan berpolitik. Rasulullah saw. bersabda,
“Jika pemimpin-pemimpin kalian adalah orang yang terbaik diantara
kalian, dan orang-orang kaya kalian adalah orang yang berlapang dada dari
kalian, dan perkara kalian adalah diselesaikan dengan musyawarah diantara
kalian, maka punggung bumi akan lebih baik bagi kalian dari perutnya, dan jika
pemimpin-pemimpin kalian adalah orang-orang yang jahat diantara kalian, dan orang-orang
kayanya adalah orang-orang yang bakhil dari kalian, dan perkara kalian kembali
kepada perempuan-perempuan kalian maka perut bumi lebih baik dari
permukaannya.” (H.R Tarmuzi no. 2.266)
Yeh
BalasHapushadisnya mana
BalasHapusyee
BalasHapus